Mendulang Berkah di Pesisir Surabaya
Keindahan pesisir pantai Surabaya tidak hanya menjadi daya tarik wisatawan, namun juga kehidupan perekonomian masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut. Selain memberikan pengalaman berlibur yang tak terlupakan bagi pengunjungnya, wisata di kawasan pesisir membuka peluang baru untuk meningkatkan pendapatan warganya. Seperti yang terjadi di kawasan Romokalisari Adventure Land yang merupakan bagian pesisir Kecamatan Benowo, Surabaya. Objek wisata ini merupakan bagian dari program aktif yang dicanangkan pemerintah kota Surabaya. Tujuannya untuk memberdayakan anggota yang terdaftar sebagai masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), sebelum kemudian berubah istilah menjadi keluarga miskin (Gamis).
Pada tahun 2020, Kota Surabaya mendaftarkan total 100 MBR yang memiliki izin untuk dapat menggunakan fasilitas dan peralatan di sekitar lokasi wisata. Dari toko ikan segar, menjadi kurir (PKL), hingga sopir. Tujuannya agar mereka bisa mendapatkan uang sendiri. “Kalau pariwisata di sini memang program Pak Eri Cahyadi, itu program yang berhasil. Ya termasuk MBR. “Tapi sekarang kalau pakai data Gamis (keluarga miskin), MBR sudah hilang,” kata Ketua RT Rusunawa Romokalisari dan Ketua Paguyuban Petualangan Romokalisari, Mansyur S, Rabu (27/12/2023).
“Tahun 2020 ini kita masih menggunakan data MBR, jadi itu yang dipakai Pak Eri Cahyadi untuk menjaring hampir 100 MBR di sini. Jadi di Mamin (makanan dan minuman), di lapak Segar, PKL dan setiap operator bus dari MBR. Jadi bukan suatu kebetulan,” lanjut Mansyur. Menurut Mansyur, Asosiasi Petualangan Romokalisari mengelola objek wisata ini, tanpa campur tangan pemerintah Kota Surabaya. Sebanyak 50 MBR bertugas sebagai operator kendaraan. Pendapatan yang diperoleh selama dua minggu setiap perjalanan dikumpulkan sekaligus, kemudian dibagi 20% untuk ditabung, dan sisanya dibagikan kepada pengemudi itu sendiri.
“Jadi ya, masyarakat menyediakan peralatan atau perlengkapannya. Dalam satu tahun kita melalui penguasaan kota, jadi pemerintah tidak mengambil apa-apa. “Untuk driver ini kebanyakan keluar sekitar 50 MBR,” jelasnya. “Jadi dua minggu hasilnya apa, misalnya Rp 20 juta ini kita salurkan, 20% untuk tabungan, sisanya kita salurkan ke 50 MBR. Oleh karena itu, pihak berwenang tidak membayar kami, melainkan dari pendapatan setiap mobil yang kami kumpulkan dalam kelompok. “Kalau ada kerusakan, kami (bertanggung jawab),” kata Mansyur. Tak hanya di pesisir pantai Romokalisari, manfaat wisata ini juga dirasakan para perokok di kawasan Kenjeran, Surabaya. Ini Fizuroidah yang sudah sepuluh tahun minum ikan. Fizuroidah mengatakan memiliki objek wisata dapat membantunya mendapatkan uang. Sebab, kunjungan wisatawan membantu menjual barang dagangannya. “Sabtu dan Minggu (yang biasanya terjual habis) dekat dengan tempat wisata. Ya membantu (dengan adanya pariwisata), meningkat karena pembelinya juga sebagian besar dari wisatawan,” kata Fizuroidah.
Di sisi lain, sekelompok pengusaha pesan antar makanan dan minuman di kawasan THP Kenjeran yang membuka toko sebelum renovasi menunjukkan bahwa perubahan sistem pesan antar justru membuat mereka yang berada di pasar tidak melihat barang dagangannya. Karena dimana dia berada, di tepi sungai, akan ada sesuatu yang memicunya.
“Kalau siang kadang sepi, kadang di hari Minggu tidak ada best seller. Susan, salah satu importir pangan di kawasan THP Kenjeran mengatakan, “Yang paling depan ramai sekali karena menghadap ke laut.
Salah satu pedagang di kawasan THP Kenjeran mengeluhkan sepinya pembeli. Diakuinya, produknya tidak selalu menarik pembeli, namun ketika wisatawan datang, hal itu membantu menambah pendapatan mereka.
“Sekarang sering tidak dapat uang, kadang kalau Senin tidak dapat uang, keesokan harinya mendapat 50.000. Kalau ada rombongan seperti itu dapatnya antara Rp 150.000 hingga Rp 200.000,” kata Muawanah, penjual barang di THP Kenjeran.
Keindahan pesisir pantai Surabaya tidak hanya menjadi daya tarik wisatawan, namun juga kehidupan perekonomian masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut. Selain memberikan pengalaman berlibur yang tak terlupakan bagi pengunjungnya, wisata di kawasan pesisir membuka peluang baru untuk meningkatkan pendapatan warganya. Seperti yang terjadi di kawasan Romokalisari Adventure Land yang merupakan bagian pesisir Kecamatan Benowo, Surabaya. Objek wisata ini merupakan bagian dari program aktif yang dicanangkan pemerintah kota Surabaya. Tujuannya untuk memberdayakan anggota yang terdaftar sebagai masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), sebelum kemudian berubah istilah menjadi keluarga miskin (Gamis).
Pada tahun 2020, Kota Surabaya mendaftarkan total 100 MBR yang memiliki izin untuk dapat menggunakan fasilitas dan peralatan di sekitar lokasi wisata. Dari toko ikan segar, menjadi kurir (PKL), hingga sopir. Tujuannya agar mereka bisa mendapatkan uang sendiri. “Kalau pariwisata di sini memang program Pak Eri Cahyadi, itu program yang berhasil. Ya termasuk MBR. “Tapi sekarang kalau pakai data Gamis (keluarga miskin), MBR sudah hilang,” kata Ketua RT Rusunawa Romokalisari dan Ketua Paguyuban Petualangan Romokalisari, Mansyur S, Rabu (27/12/2023).
“Tahun 2020 ini kita masih menggunakan data MBR, jadi itu yang dipakai Pak Eri Cahyadi untuk menjaring hampir 100 MBR di sini. Jadi di Mamin (makanan dan minuman), di lapak Segar, PKL dan setiap operator bus dari MBR. Jadi bukan suatu kebetulan,” lanjut Mansyur. Menurut Mansyur, Asosiasi Petualangan Romokalisari mengelola objek wisata ini, tanpa campur tangan pemerintah Kota Surabaya. Sebanyak 50 MBR bertugas sebagai operator kendaraan. Pendapatan yang diperoleh selama dua minggu setiap perjalanan dikumpulkan sekaligus, kemudian dibagi 20% untuk ditabung, dan sisanya dibagikan kepada pengemudi itu sendiri.
“Jadi ya, masyarakat menyediakan peralatan atau perlengkapannya. Dalam satu tahun kita melalui penguasaan kota, jadi pemerintah tidak mengambil apa-apa. “Untuk driver ini kebanyakan keluar sekitar 50 MBR,” jelasnya. “Jadi dua minggu hasilnya apa, misalnya Rp 20 juta ini kita salurkan, 20% untuk tabungan, sisanya kita salurkan ke 50 MBR. Oleh karena itu, pihak berwenang tidak membayar kami, melainkan dari pendapatan setiap mobil yang kami kumpulkan dalam kelompok. “Kalau ada kerusakan, kami (bertanggung jawab),” kata Mansyur. Tak hanya di pesisir pantai Romokalisari, manfaat wisata ini juga dirasakan para perokok di kawasan Kenjeran, Surabaya. Ini Fizuroidah yang sudah sepuluh tahun minum ikan. Fizuroidah mengatakan memiliki objek wisata dapat membantunya mendapatkan uang. Sebab, kunjungan wisatawan membantu menjual barang dagangannya. “Sabtu dan Minggu (yang biasanya terjual habis) dekat dengan tempat wisata. Ya membantu (dengan adanya pariwisata), meningkat karena pembelinya juga sebagian besar dari wisatawan,” kata Fizuroidah.
Di sisi lain, sekelompok pengusaha pesan antar makanan dan minuman di kawasan THP Kenjeran yang membuka toko sebelum renovasi menunjukkan bahwa perubahan sistem pesan antar justru membuat mereka yang berada di pasar tidak melihat barang dagangannya. Karena dimana dia berada, di tepi sungai, akan ada sesuatu yang memicunya.
“Kalau siang kadang sepi, kadang di hari Minggu tidak ada best seller. Susan, salah satu importir pangan di kawasan THP Kenjeran mengatakan, “Yang paling depan ramai sekali karena menghadap ke laut.
Salah satu pedagang di kawasan THP Kenjeran mengeluhkan sepinya pembeli. Diakuinya, produknya tidak selalu menarik pembeli, namun ketika wisatawan datang, hal itu membantu menambah pendapatan mereka.
“Sekarang sering tidak dapat uang, kadang kalau Senin tidak dapat uang, keesokan harinya mendapat 50.000. Kalau ada rombongan seperti itu dapatnya antara Rp 150.000 hingga Rp 200.000,” kata Muawanah, penjual barang di THP Kenjeran.
No comments: